Rss

Sabtu, 03 Maret 2012

Sang Penolong

Ini adalah cerita sex-ku yang asyik.  Namaku Joko (samaran), tinggiku 171  cm, berat ideal. Akumemiliki wajah  yang ganteng dan penis yang lumayan  untuk membuat cewek tegang dan  lemas. Aku mempunyai daya sex yang kuat  sekali, sering aku melakukan  onani dengan dengan nonton BF dan berkhayal  tubuh sintal dan seksi,  lalu memasukkan penisku ke vagina cewek. Aku  sering nonton BF dan  diiringi meremas-remas penis sampai aku tegang dan  keluar sperma. Ini  biasanya aku lakukan sampai tiga kali dalam satu kali  nonton BF. Aku  suka susu cewek yang besar dan kenyal. Aku paling suka  kalau bermain  sex dengan posisi aku di bawah dan cewek yang memainkan  vaginanya di  atas tubuhku sambil melihat pantat besar dan mulus yang  naik turun dan  bergoyang.


Cerita ini bermula dari kecelakaan kecil yang menimpaku. Seperti biasa,   sore hari aku menyempati jalan-jalan dengan motor kesayanganku, dengan   memakai jeans dan jaket kesayanganku, dengan kecepatan yang tidak  begitu  cepat. Aku lihat ke kanan dan ke kiri, tiba tiba ada motordari  belakang  dengan kecepatan tinggi menyerempetku. Sekilas aku kaget dan  berusaha  minggir, tapi sial aku malah jatuh karena tepi jalan itu ada  batu batu  kecil yang menyebabkan ban motorku tergelincir dan akhirnya  aku tertimpa  motor dan yang menyerempetku tadi langsung tancapgas  (kabur)! Setelah  itu aku berusaha bangun dengan pertolongan orang orang  di sekitar situ.  Aku terluka di bagian kaki (paha atas, lengan atas  dan dada), sebenarnya  luka ini tidak begitu serius bagiku, tapi aku  kagum sekali dengan  pertolongan orang-orang di sekitar situ yang penuh  simpatik.

Setelah beberapa detik kejadian itu, aku langsung dibawa ke dalam sebuah   rumah dekat kejadian. Ya, seperti biasa menghindari campur tangan   polisi. Setelah aku dimasukkan di dalam sebuah rumah dan motorku di   depan rumah itu, aku disuruh duduk oleh seorang cewek yang ternyata   pemilik rumah itu. "Adik duduk aja di sini, biar ibu ambilin obat ya..."   kata cewek itu dan segera masuk ke dalam kamarnya yang letaknya di   depanku. Perkiraanku cewek ini umurnya sekitar 36, meskipun umurnya   ya... cukup tua sih. Tapi cewek ini bodinya oke sekali deh, tingginya   sekitar 165 cm susu yang montok berukuran sekitar 36B dan masih   terangkat dengan menggunakan kaos yang longgar dan pantat yang besar   sekali karena pada waktu itu dia pakai rok pendek sampai lutut dan   kelihatan betis yang mulus dengan ditumbuhi rambut halus. Aku sempat   berkhayal untuk memegang pantatnya yang besar sekali, kuremas-remas   sambil memasukkan jariku ke lubangkenikmatannya.

Setelah beberapa menit dia mencari obat merah di kamarnya, dia memanggil   anaknya, "Sri.. Sri...ambilin minum tuh... buat Mas-nya!" ternyata dia   punya anak perempuan yang namanya Sri, umurnya sekitar 17 tahun.  Setelah  berhasil menemukan obat merah, lalu menghampiriku,
"Wah... ini lukanya parah sekali Dik..." sambil membuka tutup obat merah.
"Ah.. nggak kok Bu... biasa aja kok," kataku sambil memperhatikan susunya yang montok tergelantung itu.
"Nama Adik siapa?" tanya ibu itu sambil meneteskan obat merah di lengan atasku.
"Joko Bu, aduh pedih sekali... pelan-pelan Bu...!"
"Maaf ya... Dik Joko, oh ya nama ibu Neneng," katanya sambil meneteskan ulang obat itu di lengan atasku.
Dan tidak disengaja susu Neneng itu menyenggol sikuku."Oh... maaf Bu...   tidak sengaja," tanyaku sambil melihat susu Neneng yang membuat penisku   agak tegang.
Dia hanya tersenyum dan tertawa kecil.
"Lho... Dik Joko yang kena yang mana lagi, kelihatannya celana kamu   sobek tuh..." katanya sambil memegang celanaku yang sobek itu.
"Ya... Bu itu di bagian paha atas dan di dada ini," sambil membuka sedikit kaos yang kupakai.

"Yang ini harus diobati loh, entar kalau tidak cepet diobati berbahaya, kaki kamu bisa di luruskan nggak?" kata Bu Neneng.
"Agak linu Bu... karena bagian paha sih..." kataku sambil mencari kesempatan melihat susu.
Pada waktu itu tepat dudukku tidak memungkinkan aku meluruskan kakiku.
"Ya... sudah ke kamar Ibu dulu situ berbaring biar kakimu bisa   diluruskan," kata Bu Neneng sambil membantuku berdiri dan berjalan.
"Ya... Bu... tapi...?" tanyaku ragu.
Nanti disangka macam-macam, tapi memang niatku untuk berusaha nge-sex sama Bu Neneng yang montok itu.
"Tapi apa, oh... kamu malu ya... nyantai aja kamu kan teluka dan perlu   pengobatan, sudah masuk ayo Ibu bantu!" sambil melingkarkan tangan kanan   di pundak Bu Neneng aku berjalan.
Dan tidak disengaja waktu berjalan, jari-jariku menyentuh permukaan susu   montok Bu Neneng tapi aku tidak merubahnya, malah kugesek-gesekkan   dengan pelan-pelan agar tidak ketahuan kalau disengaja, terasa puting   susu Bu Neneng yang kenyal menyebabkan penisku tegang. Dan sampailah di   tempat tidur Bu Neneng.

"Sudah Dik Joko, mana yang luka lagi?" sambil duduk di sampingku dan   membelakangiku sementara aku terlentang, otomatis tanganku menempel di   paha mulus Bu Neneng.
"Di dada sini Bu," kataku sambil membuka ke atas kaosku agar kelihatan lukanya.
"Ya... sudah dilepas dulu kaosnya, entar kalau kena obat ini kan jadi merah," katanya basa-basi.
Aku langsung buka kaosku, dan sekarang aku telanjang dada.
"Nah gini kan bisa leluasa mengobati kamu," sambil mendekat ke dadaku,   dan otomatis aku melihat dengan jelas susu Bu Neneng tergelantung dan   ditutupi oleh BH yang tidak muat menampung besarnya susu Bu Neneng dan   tanganku makin kurapatkan ke paha dan sekarang sudah di atas paha mulus   Bu Neneng. Dan pada waktu Bu Neneng meneteskan obat, aku terasa pedih   dan dengan refleks tanganku terangkat sehingga menyenggol susu Bu Neneng   dan rok mini Bu Neneng terangkat ke atas, terlihat paha yang mulus  itu.
"Maaf ya.. Bu, Joko tidak sengaja kok," pintaku sambil menurunkan tanganku ke paha Bu Neneng yang mulus dan putih itu.
"Ya.. tidak apa-apa kok," sambil meneruskan meneteskan lagi di bagian dadaku yang luka.

Sekarang dia agak ke atas dan membungkukkan dirinya, otomatis susu yang   montok itu dekat sekali dengan wajahku itu. Aku tidak tahu ini  disengaja  atau tidak, tapi buatku disengaja atau tidak tetap saja  membuat penisku  makin tegang. Lama-lama kok posisi Bu Neneng makin  membungkuk dan  sampai suatu saat susunya tersentuh dengan mulutku. Wah,  terasa kenyal  dan empuk, aku tidak diam saja, aku berusaha pelan-pelan  menggeser  tanganku yang di paha mulus Bu Neneng itu, pelan dan pelan  karena aku  takut Bu Neneng marah karena ulahku ini. Dengan nafsu yang  kutahan, aku  gerak-gerakkan tanganku. Waduh.. paha orang ini mulus  sekali, batinku  sambil merasakan penis yang menegang kepingin lepas  dari sangkarnya  (CD-ku), dan sampailah aku di pangkal paha Bu Neneng  itu dan menyentuh  CD Bu Neneng yang kelihatan memakai CD warna hijau  kembang dan kepalaku  bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menggesek susu  Bu Neneng  (pelan-pelan), dan sesekali kujilat halus susu montok itu,  waktu itu Bu  Neneng diam saja dan terus mengobati dadaku yang luka tapi  nafas Bu  Neneng tidak bisa disembunyikan, sering dia menarik nafas  panjang untuk  menahan nafsunya.

"Sudah nihhh... Semua luka kamu di dada sudah diobati, sekarang mana   lagi yang terluka?" sambil melihatku dan membiarkan tanganku di pahanya   yang mulus itu."Itu Bu.. di paha atas," jawabku sambil menunjukkan   tempat yang luka."Wow... Ya ini harus dibuka Dik Joko, kalau tidak   dibuka dimana ibu bisa mengobati apalagi kamu pakai jeans yang ketat..   ya sudah dicopot aja!" jawab Bu Neneng sambil melihat dengan dekat luka   dari luar celanaku dan sesekali lihat penisku yang sudah tegang dari   tadi.
"Bu... bisa bantuin copot celanaku, aku tidak bisa copot sendiri Bu, kan   tanganku luka," alasanku agar Bu Neneng bisa lihat penisku dari dekat.

Tiba-tiba Sri datang dengan membawa air putih.
"Bu ini airnya.."
"Ya.. sudah sekarang kamu keluar, e.. jangan lupa tutup pintunya, ibu mau obati Mas Joko dulu!"
Wah ini kesempatanku untuk melampiaskan sex-ku. Setelah itu Bu Neneng   mulai membuka resleting celanaku dan membuka bagian atas dan aku   mengangkat sedikit pinggulku supaya Bu Neneng mudah melepas celanaku.   Saat membuka celanaku, posisi Bu Neneng membungkuk sehingga mulutnya   dekat dengan penisku yang tegang, dan aku sengaja mengangkat pinggul   yang lebih tinggi dan tersembullah penisku dan mulut Bu Neneng... "Sorry   Bu.. tak sengaja," mulai saat itu penisku mulai tegang sekali karena   cara Bu Neneng membuka celanaku sangat merangsang penisku.

Sambil sedikit menungging dan menggerakkan sedikit pantat yang besar   itu, Bu Neneng melepas celana jeans-ku (apa ini usaha Bu Neneng untuk   merangsang nafsuku), dan akhirnya aku sekarang tinggal pakai CD. Dan   mulailah Bu Neneng mengobati paha atasku dengan posisi nungging   membelakangiku dan sedikit siku tangannya menyentuh penis yang sudah   tegang. Sesekali BuNeneng melihat penisku dan menggesek-gesekkan sikunya   di penisku itu. Dengan melihat gelagat Bu Neneng ini yang memberi   peluang padaku, aku tidak diam aja. Dengan melihat pantat yang besar   menghadap kepadaku, tanganku mulai sedikit meremas-remas dan mengelus   betis lalu menuju ke atas paha yang mulus dan akhirnya aku sampai ke   paling atas (pantat mulus Bu Neneng) dan aku nekat mengangkat rok mini   Bu Neneng ke atas sehingga sekarang terlihat pantat Bu Neneng yang   mulusitu dengan ditutupi CD yang menyelepit di belahan pantat.

Aku mulai mengelus-elus, dan sesekali menarik CD Bu Neneng dan ternyata   sudah basah dari tadi.Lalu aku memainkan jariku di permukaan vagina  yang  tertutup CD itu, Bu Neneng mungkin sudah tahu gelagatku itu  sehingga  dia merenggangkan kedua pahanya, jadi sekarang terlihat jelas  CD Bu  Neneng yang basah. Sekarang aku memberanikan diri untuk melihat  secara  langsung vagina Bu Neneng yang kelihatan sudah tidak sabar untuk   dimasuki rudalku yang sudah tegak berdiri. Akumulai menggeser CD Bu   Neneng ke kiri dan kelihatan dengan jelas vagina Bu Neneng yang sudah   memerah itu. Lalu aku perlahan-lahan menggesek-gesekkan jariku di   permukaan vagina Bu Neneng dan dengan reaksi itu nafas Bu Neneng mulai   tak beraturan, "Eeehhh... ahhh... ohhh hemmm.." dan sekarang aku   memasukkan jari tengahku ke lubang kenikmatan Bu Neneng dengan pasti dan   kukocok dan terus kukocok dengan pelan-pelan dan lama-lama semakin   cepat dan... "Ah.. oh yes te... rus... please... ah... ohe.. lebih   dalam.. Jook... " Bu Neneng mulai membuang obat merah itu dan sekarang   tidak mengobati lukaku lagi malah sekarang dia sudah mulai mengocok dan   meremas dengan kuat penisku.

Aku kurang puas dengan posisi ini, aku mulai mengangkat salah satu kaki   Bu Neneng ke sampingku dan sekarang posisi 69 yang kudapat, dan vagina   Bu Neneng tepat di depan mulutku. Aku mulai menjilat klitorisnya, dan   kusedot kecil dan kupermainkan pinggir vagina Bu Neneng dengan lidahku   yang indah itu. "Oh.. ya... enak sekali hisapanmu Jok... Oh aughhh ahhh   yes... terus!" dan aku mulai memasukkan lidahku ke dalam lubang yang   basah itu dan terasa asin tapi gurih.
"Oh... ah... terus... kont*l kamu tegang sekali Joko..."
"Ya.. Bu jilat... jilat dong..!"
Tanpa banyak kata Bu Neneng terus melumat habis penisku.
"Oh... ya... ya... terus yang keras lagi...!"
Bu Neneng memang lihai dalam hal oral, tidak satu bagian pun dari   penisku yang terlewatkan dari lidah birahi Bu Neneng. Telur penisku   terlahap juga dengan mulut binalnya. Bu Neneng tidak puas sampai di   situ, sekarang dia mengangkat pantatku lebih tunggi dan kelihatan jelas   lubang anusku dan sekarang mempermainkan lidahnya di lubang anusku. Oh,   terasa geli bercampur nikmat sampai ujung rambut, pada waktu itu juga  Bu  Neneng tidak kuat menahan nikmat yang dia rasakan, dan aku tahu  kalau  Bu Neneng mau orgasme yang pertama kalinya, aku mempercepat  gerakan  lidahku diklitorisnya, dan mempercepat kocokkan jariku di  vaginanya dan  akhirnya... "Jo... ah ye.. yea.. aku tidak tahan Jok..  a.. ku.. ke..  luaaar..." dan "Serr... serrr.." terasa semprotan kuat  dari vagina Bu  Neneng kena jariku.

Cairan putih kental yang keluar dari vagina Bu Neneng kusedot habis   sampai bersih cairan kenikmatan Bu Neneng tersebut. Dia sekarang   tergeletak lemas di sampingku.
"Bu Neneng masih kuat? Apa cukup saja Bu?" tanyaku disamping memelintir   puting susunya yangkuharapkan sex Bu Neneng kembali lagi dan  terangsang.
"Ah.. kamu jantan sekali Jok! Aku tidak nyangka kamu kuat sekali, kamu   belum keluar?" tanya Bu Neneng sambil mengocok halus kemaluanku yang   masih tegang itu.
"Belum Bu! mau lagi atau..."
Belum aku berhenti ngomong Bu Neneng mulai memasukkan penisku ke   mulutnya dan dijilat, disedot dan dikocok, sedangkan aku di pinggir   tempat tidur dan Bu Neneng di atas tempat tidur denganposisi nungging,   dan aku tetap meremas-remas dan sesekali kupelintir-pelintir puting Bu   Neneng itu.

"Aah... terus Bu...! lebih dalam Bu...! yes hemmm Aah... sessttt aahh..."
"Jok... masukin aja ya... aku pingin ngerasain penis kamu ini,"
Lalu aku memutarkan tubuh Bu Neneng dengan posisi nungging dan aku mulai   mengarahkan penisku ke lubang Bu Neneng tapi aku tidak langsung   memasukkan penisku, kugesek-gesek dulu ke permukaan vagina Bu Neneng.
"Ah.. ya... masukkan Jok.. cepet aku tidak tahan nih... oh... ce... pet!"
Aku langsung memasukkan ke lubang Bu Neneng.
"Blesss... sleppp..."
"Ah... ye..." erang Bu Neneng menerima serangan batang kemaluanku.Aku   mulai memajukan dan memundurkan penisku dengan pelan tapi pasti dan   sekarang aku tambah frekuensi kecepatan kocokanku.
"Ah... ya.. penis kamu.. hebat Jok.. keras, te.. rus.. oh.. ssst... ah..."

Aku semakin terangsang dengan erangan Bu Neneng yang menggeliat-liat   seperti cacing kebakar. Aku angkat kaki kanannya untuk mempermudah   jelajah penisku untuk sampai ke rahimnya dan makin mempercepat   kocokanku.
"Oh ya.. aughhh.. ssttt teruss.. jangan ber.. henti.. ah... ke.. rass.. Joko.. hebat..."
Dan akhirnya,
"Jok... lebih cepet...! aku mau ke.. luar.. aku.. tidak... oh.. ye.. tahan... la.. gi.. ah... oh shhh..."
Dan akhirnya dia menyemprotkan cairan kenikmatannya, "Serr.. serr..."   terasa ujung penisku disemprot dengan cairan hangat yang kental.   Sekarang Bu Neneng tergulai lemas di hadapanku. Aku memperhatikan tubuh   Bu Neneng yang montok dengan susu yang besar, dengan telanjang bulat   tanpa sehelai benang pun.

Aku tetap mengocok sendiri penisku biar tetap tegang, dan aku mulai   tidak kuat, mungkin ini waktunya aku untuk mengakhiri permainan sex-ku.
"Bu... permisi, aku mau mengakhiri tugasku ini..."
Dengan mengangkat tubuh Bu Neneng ke pinggir tempat tidur, dan membuka   lebar-lebar paha Bu Neneng sehingga terpampang vagina Bu Neneng yang   masih basah dengan cairan kenikmatannya, aku mulai memasukkan penis dan   mengocoknya.
"Ah.. kau nakal ya.. Jok.. aughhh hemmm.. terus Jok..."
Aku dengan semangat "45" kukocok habis vagina Bu Neneng dengan   menggesek-gesek klitorisnya dengan jari jempolku untuk mempercepat dia   untuk orgasme ketiga kalinya, dan...
"Bu... aku mau ke... luar.. ah.. ye... di.. mana.. ini... dalam atau di   luar... oh ye!" sambil mempercepat kocokan jari dan penisku.
"Ya.. aku juga Joko... uh.. uh.. hemm... sstt.. kita.. barengan di dalam.. oh ye.."

Bu Neneng tidak kuat lagi ngomong kecuali merem-melek tahan nafsu, dan   akhirnya aku keluar di dalam vagina Bu Neneng, "Crottt.. crottt..."   sampai lima kali semprotan dan dibarengi dengan erangan dan getaran   tubuh Bu Neneng, "Oh... yak.. yes... hemmm..." Lalu kucabut penisku dan   kupukul-pukulkan di permukaan vagina Bu Neneng dengan reaksi Bu Neneng   mengangkat tubuhnya akibat vaginanya kupukul dengan penisku.
"Bu Neneng hebat sekali deh, makasih ya Bu..."
"Kamu juga hebat banget Joko.. Ibu sampai kualahan menghadapi kont*l   kamu yang tegap ini. Wah... kont*l kamu ini harus dibersihkan dulu   ya..."
Dia langsung mengarahkan penisku ke mulutnya dan dilahap langsung dan dikocok-kocok habis.
"Wow... oh... ye.. teruus.. yesss... sseessttt ahh ya..."
Ini membuatku tegang lagi, dan Bu Neneng tak henti-hentinya mengocok dan mengulum penisku yang tegang sekali.

"Bu... stop.. augghhhh he... stooop aku.. tak.. tahan.."
Dan...
"Croot... croottt..."
Kukeluarkan spermaku untuk kedua kalinya di wajah Bu Neneng, dan aku tergeletak lemas di atas susu Bu Neneng.
"Nah.. sekarang kan Bu Neneng tidak kalah banget toh.. ya.. dua-tiga lah...!"
"Makasih ya.. Jok... kamu hebat dalam permainan sex, kapan-kapan kita lagi ya.. sudah kamu tidur dulu deh!"
Lalu aku tertidur sampai malam, dan sebelum aku pulang ke kost-ku, sempat Bu Neneng minta untuk oral sekali lagi.

0 komentar:

Posting Komentar